Jeddah, HanTer - Melayani kepulangan jamaah haji menjadi tugas rutin para petugas Daker Airport Jeddah – Madinah lebih dari sepuluh hari terakhir ini. Mereka berkutat dengan jadwal pemberangkatan ke Tanah Air untuk memastikan jamaah haji Indonesia terlayani dengan baik meski sampai dini hari.
Namun demikian, ada saja kejadian unik yang mewarnai hari-hari mereka. Salah satunya adalah soal berburu batu akik.
Jumat (9/10/2015), saat para petugas Daker Airport sedang sibuk mengatur antrian jamaah haji Kloter 9 Embarkasi Makassar (UPG 09) memasuki gate imigrasi Bandara Internasional King Abdul Aziz (KAAIA) Jeddah, tiba-tiba terjadi kerumunan di salah satu sudut ruang imigrasi. Kerumuman semakin heboh karena termasuk di dalamnya adalah para petugas haji.
“Awalnya dikira terjadi kericuhan. Ternyata hampir sebagian besar jamaah haji yang berasal dari Halmahera Utara – Maluku Utara itu memamerkan batu akik jenis bacan kepada petugas Garuda Indonesia dan petugas Sektor 2 Daker Airport,” demikian penjelasan Kadaker Bandara Airport Jeddah – Madinah Nurul Badruttamam, Jumat (9/10).
Menurut Wakasektor II Daker Aiport Rijal Kani, kejadian itu berawal ketika dirinya melihat batu yang sangat cantik terpasang pada salah satu jari Slamet Riyadi, salah satu jamaah haji asal Halmahera Utara. Tertarik dengan batu itu, Rijal bertanya tentang jenis batu itu? Slamet Riyadi lalu menyebut kata Bacan, nama jenis batu yang memang sangat terkenal dari Maluku Utara.
“Kita pun tertarik. Tapi awalnya Slamet Riyadi tidak mau menjual batunya. Setelah ngobrol lama, akhirnya dia berkenan untuk melepas, tapi tidak bisa menetapkan berapa harganya,” terang Rijal Kani seperti dikutip kemenag.go.id.
“Pada akhirnya, Slamet mau melepas batu itu dengan harga 500 Riyal,” tambahnya.
Kepada Rijal Kani, Slamet bercerita bahwa harga batu miliknya itu kalau di Halmahera Utara harganya mencapai 5 jutaan. Namun karena dia terkesan dengan layanan petugas, batu itu diikhlaskan untuk dijual dengan harga 500 Riyal.
“Alhamdulillah batu itu saya yang beli,” kata Rijal Kani.
Nyatanya tidak hanya Rijal Kani yang membeli batu. Beberapa petugas lainnya, termasuk petugas dari Garuda Indonesa yang tidak mau disebutkan namanya juga ikut membeli. Mereka bahkan rela merogoh koceknya hingga 500 – 800 Riyal untuk membeli batu akik jenis Bacan Doko ini.
“Tak kalah ketinggalan, Rijal Kani juga membeli batu akik seharga 500 riyal milik Basuki Rahmat, salah satu jamaah asal Kloter UPG 9 lainnya,” terang Nurul Badruttamam. Bahkan, beberapa ibu petugas kesehatan Daker Airport juga tidak mau kalah ikut membeli batu bacan tersebut.
Batu Bacan merupakan kekayaan alam Maluku Utara yang sudah dikenal sejak tahun 1960-an. Istilah bacan diambil dari nama tempat perdagangan batu tersebut. Sedangkan penghasil batu tersebut adalah Pulau Kasiruta. Pulau ini berada tidak jauh dari Pulau Bacan di Kabupaten Halmahera Selatan. Sedangkan Pulau Bacan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Halmahera Selatan.
(sumber : http://lifestyle.harianterbit.com/lifestyle/2015/10/10/43941/72/38/Di-Airport-Jeddah-Bacan-Seharga-Rp5-Juta-Dilepas-500-Riyal/2)
Namun demikian, ada saja kejadian unik yang mewarnai hari-hari mereka. Salah satunya adalah soal berburu batu akik.
Jumat (9/10/2015), saat para petugas Daker Airport sedang sibuk mengatur antrian jamaah haji Kloter 9 Embarkasi Makassar (UPG 09) memasuki gate imigrasi Bandara Internasional King Abdul Aziz (KAAIA) Jeddah, tiba-tiba terjadi kerumunan di salah satu sudut ruang imigrasi. Kerumuman semakin heboh karena termasuk di dalamnya adalah para petugas haji.
“Awalnya dikira terjadi kericuhan. Ternyata hampir sebagian besar jamaah haji yang berasal dari Halmahera Utara – Maluku Utara itu memamerkan batu akik jenis bacan kepada petugas Garuda Indonesia dan petugas Sektor 2 Daker Airport,” demikian penjelasan Kadaker Bandara Airport Jeddah – Madinah Nurul Badruttamam, Jumat (9/10).
Menurut Wakasektor II Daker Aiport Rijal Kani, kejadian itu berawal ketika dirinya melihat batu yang sangat cantik terpasang pada salah satu jari Slamet Riyadi, salah satu jamaah haji asal Halmahera Utara. Tertarik dengan batu itu, Rijal bertanya tentang jenis batu itu? Slamet Riyadi lalu menyebut kata Bacan, nama jenis batu yang memang sangat terkenal dari Maluku Utara.
“Kita pun tertarik. Tapi awalnya Slamet Riyadi tidak mau menjual batunya. Setelah ngobrol lama, akhirnya dia berkenan untuk melepas, tapi tidak bisa menetapkan berapa harganya,” terang Rijal Kani seperti dikutip kemenag.go.id.
“Pada akhirnya, Slamet mau melepas batu itu dengan harga 500 Riyal,” tambahnya.
Kepada Rijal Kani, Slamet bercerita bahwa harga batu miliknya itu kalau di Halmahera Utara harganya mencapai 5 jutaan. Namun karena dia terkesan dengan layanan petugas, batu itu diikhlaskan untuk dijual dengan harga 500 Riyal.
“Alhamdulillah batu itu saya yang beli,” kata Rijal Kani.
Nyatanya tidak hanya Rijal Kani yang membeli batu. Beberapa petugas lainnya, termasuk petugas dari Garuda Indonesa yang tidak mau disebutkan namanya juga ikut membeli. Mereka bahkan rela merogoh koceknya hingga 500 – 800 Riyal untuk membeli batu akik jenis Bacan Doko ini.
“Tak kalah ketinggalan, Rijal Kani juga membeli batu akik seharga 500 riyal milik Basuki Rahmat, salah satu jamaah asal Kloter UPG 9 lainnya,” terang Nurul Badruttamam. Bahkan, beberapa ibu petugas kesehatan Daker Airport juga tidak mau kalah ikut membeli batu bacan tersebut.
Batu Bacan merupakan kekayaan alam Maluku Utara yang sudah dikenal sejak tahun 1960-an. Istilah bacan diambil dari nama tempat perdagangan batu tersebut. Sedangkan penghasil batu tersebut adalah Pulau Kasiruta. Pulau ini berada tidak jauh dari Pulau Bacan di Kabupaten Halmahera Selatan. Sedangkan Pulau Bacan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Halmahera Selatan.
(sumber : http://lifestyle.harianterbit.com/lifestyle/2015/10/10/43941/72/38/Di-Airport-Jeddah-Bacan-Seharga-Rp5-Juta-Dilepas-500-Riyal/2)